Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

PELANGI DI LANGIT SINGASARI ( 3 )

seri 1 sebelumnya Ken Dedes, Wiraprana dan Kuda Sempana Mahisa Agni telah bersiap. Ia akan dapat menyerang Ken Arokdengan satu loncatan. Tetapi ketika hampir saja ia meloncatmenyerang, sekali lagi ia terkejut. Dilihatnya Ken Arok itu meloncatmundur dan tiba-tiba hantu padang rumput Karautan itu memutar tubuhnya dan berlari sekencang-kencangnya seperti kuda lepas dariikatannya. Sesaat Agni diam mematung. Namun kemudian ia pun meloncat mengejar hantu yang mengerikan itu. Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti karena suara gurunya, “Agni! Biarkan ia lari. Kemarilah!” Sekali lagi Agni tidak dapat memahami tindakan gurunya. KenArok adalah orang buruan yang berbahaya. Apakah orang itu akandilepaskannya? Tetapi Mahisa Agni berhenti juga. Dengan wajah yang tegang karena pertanyaan-pertanyaan yang bergelut didadanya, ia berjalan tergesa-gesa mendekati gurunya. “Bapa,” katanya terbata-bata, “kenapa orang itu kita biarkanpergi?”

PELANGI DI LANGIT SINGASARI ( 2 )

Karya : SH Mintarja Sebelumnya KEN AROK Akhirnya Empu Purwa kasihan juga melihat muridnya. Tandangnya sudah mulai susut. Peluh telah membalut seluruh tubuhnya dilekati debu yang dihambur-hamburkan oleh kaki-kaki mereka yang bergulat antara hidup dan mati itu. “Agni, kau tak akan mampu mengalahkannya,” pikir pendeta tua itu. Karena itu maka segera ia harus menolongnya. Membebaskan muridnya dari libatan lawannya yang keras dan kasar. Lawan muridnya itu, ketika melihat Empu Purwa mendekati mereka, berkata dengan parau, “Ayo, kau yang tua sekali. Majulah bersama-sama. Selama kau masih belum mampu menangkap angin, selama itu kau jangan mengharap lepas dari padang rumput ini.” “Agni,” berkata Empu Purwa tanpa menjawab kata-kata hantu  itu, “Lepaskan lawanmu!”

PELANGI DI LANGIT SINGASARI (1)

Karya : SH Mintarja seri 2 Pertemuan dengan Ken Arok Hari itu Mahisa Agni dan gurunya, Mpu Purwa sedang dalam perjalanan pulang. Lambat-lambat mereka maju terus menyusur dataran sebelah timur Gunung Kawi, menuju ke rumah mereka di Desa Panawijen. Mpu Purwa mempunyai seorang putri yang cantik, yang bernama Ken Dedes. Ken Dedes lahir ketika Mpu Purwa belum menjadi pendeta. “Mahisa Agni,” kembali orang tua berambut putih itu berbicara. “Ya, Bapa Pendeta,” sahut pemuda yang bernama Mahisa Agni itu. “Kita akan kemalaman di perjalanan,” sambung pendeta tua itu. “Tak apalah. Kalau kita berjalan terus, sebelum tengah malam kita akan sampai,” sahut Mahisa Agni. “Kau tidak lelah?” bertanya pendeta itu kembali.  “Tidak, Bapa,” cepat-cepat Mahisa Agni menjawab. “Bagus,” sahut Empu Purwa, “kakimu telah cukup terlatih. Bagaimana dengan pernafasanmu?” “Baik, Bapa,” jawab Mahisa Agni.